About

Sabtu, 26 Oktober 2013

Negeriku, Negeri Bukan-bukan


Kira-kira udah berapa lama kita hidup dan tinggal di negeri ini? Relatif memang buat setiap orang, tapi yang pasti kita udah hidup cukup lama. Kita lahir, tumbuh, belajar, makan, tidur, dan sebagainya di sini, di negeri bukan-bukan. Aku fikir pasti ada yang bertanya, lo kenapa aku bilang ini negeri bukan-bukan? Atau ada yang mau bilang, ah lo kagak bersyukur udah bisa makan tidur di negeri ini. Santai kawan, biar ku jelaskan sedikit kenapa aku bisa menyebutnya seperti itu.
Masih ingat pelajaran waktu kita SD sampai SMA gak? Dulu kita belajar tentang macam-macam sistem pemerintahan, sistem ekonomi, juga tentang faham-faham atau ideologi. Dan konon katanya negeri ini berideologikan Pancasila. Aku sendiri masih kurang faham sampai sekarang tentang pengejewantahan Pancasila itu sendiri, karena para ahli juga sepertinya berbeda pendapat tentang ini. Dan aku juga masih gak yakin kalo negeri ini udah nerapin ideologi yang konon namanya pancasila itu dengan baik en utuh (ini menurut aku lo). Kenapa?

Nah yang namanya ideologi itu biasanya pasti akan mempengaruhi segalanya, apalagi ini sebuah negeri. Maka harusnya ideologi sebuah negara itu akan mempengaruhi segala kebijakannya, politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, pendidikan, dll.  Tapi coba kita perhatikan negeri yang kita diami saat ini sobat. Secara pemerintahan kita gak jelas ni, kita masih meraba-raba n mencomot-comot dari segala sistem yang ada, demokrasi ia, tapi liberal juga ada, religius juga ada. Gitu juga ekonomi, pendidikan dan lainnya. Nah itu juga yang menurut aku membuat segala permasalahan dinegeri ini sulit diselesaikan. Lagi-lagi muncul pertanyaan kenapa?
Ya iyalah, bagaimana kita bisa mencarikan solusi yang tepat untuk segala macam tetek bengek permasalahan dinegeri ini kalau kita gak punya standar penyelesaian yang jelasa menurut versi yang mana. Demokrasi kah? Liberal kah? Religius kah? Komunis kah? Pragmatis kah? Neolib kah? Coba kita perhatikan, semua pakar dari berbagai bidang dengan diskursus mereka masing-masing datang dengan berbagai solusi yang coba diterapkan untuk menyelesaikan segala masalah yang ada, tapi gagal, gagal dan ga....gal. Atau masing-masing para pakar itu saling menolak solusi-solusi yang ditawarkan. Gimana gak gagal kalo setiap pakar datang dengan solusi dengna standar ideal menurut faham atau ideologi mereka masing-masing sementara negeri ini gak jelas pake standar yang mana.
Negeri ini yang jumlah penduduknya mayoritas muslim, ternyata juga tidak mengakui bahwa dirinya sebagai negara muslim. Sehingga ketika para cendekiawan muslim menyampaikan gagasannya untuk perbaikan negeri ini, dimentahkan habis-habisan oleh mereka yang tidak berdieologikan islam, atau begitu juga sebaliknya. Karena mereka melihat dengan kacamata yang berbeda dan standar ideal yang juga berbeda, dan semua itu datang atau berasal dari faham yang tertanam di otak mereka masing-masing. Karena berdirinya negeri ini gak jelasa dengan faham seperti apa, ya bisa dibilang plin-plan. Jadi wajar saja kalo aku bilang negeriku, negeri bukan-bukan. Karena dia bukan negeri A, tapi juga bukan negeri B atau C, gak jelas banget, kayak tulisan ini kali, yang gak jelas. Sorry sob, hanya loncatan fikiran.

Ibnurojak As-Singkawangy
Jakarta, 26-10-2013

0 komentar:

Posting Komentar