Kira-kira udah berapa lama kita hidup dan tinggal di
negeri ini? Relatif memang buat setiap orang, tapi yang pasti kita udah hidup
cukup lama. Kita lahir, tumbuh, belajar, makan, tidur, dan sebagainya di sini,
di negeri bukan-bukan. Aku fikir pasti ada yang bertanya, lo kenapa aku bilang
ini negeri bukan-bukan? Atau ada yang mau bilang, ah lo kagak bersyukur udah
bisa makan tidur di negeri ini. Santai kawan, biar ku jelaskan sedikit kenapa
aku bisa menyebutnya seperti itu.
Masih ingat pelajaran waktu kita SD sampai SMA gak?
Dulu kita belajar tentang macam-macam sistem pemerintahan, sistem ekonomi, juga
tentang faham-faham atau ideologi. Dan konon katanya negeri ini berideologikan
Pancasila. Aku sendiri masih kurang faham sampai sekarang tentang pengejewantahan
Pancasila itu sendiri, karena para ahli juga sepertinya berbeda pendapat
tentang ini. Dan aku juga masih gak yakin kalo negeri ini udah nerapin ideologi
yang konon namanya pancasila itu dengan baik en utuh (ini menurut aku lo).
Kenapa?
Nah yang namanya ideologi itu biasanya pasti akan
mempengaruhi segalanya, apalagi ini sebuah negeri. Maka harusnya ideologi
sebuah negara itu akan mempengaruhi segala kebijakannya, politik, ekonomi,
sosial, budaya, hukum, pendidikan, dll.
Tapi coba kita perhatikan negeri yang kita diami saat ini sobat. Secara
pemerintahan kita gak jelas ni, kita masih meraba-raba n mencomot-comot dari
segala sistem yang ada, demokrasi ia, tapi liberal juga ada, religius juga ada.
Gitu juga ekonomi, pendidikan dan lainnya. Nah itu juga yang menurut aku
membuat segala permasalahan dinegeri ini sulit diselesaikan. Lagi-lagi muncul
pertanyaan kenapa?
Ya iyalah, bagaimana kita bisa mencarikan solusi yang
tepat untuk segala macam tetek bengek permasalahan dinegeri ini kalau kita gak
punya standar penyelesaian yang jelasa menurut versi yang mana. Demokrasi kah?
Liberal kah? Religius kah? Komunis kah? Pragmatis kah? Neolib kah? Coba kita
perhatikan, semua pakar dari berbagai bidang dengan diskursus mereka
masing-masing datang dengan berbagai solusi yang coba diterapkan untuk
menyelesaikan segala masalah yang ada, tapi gagal, gagal dan ga....gal. Atau
masing-masing para pakar itu saling menolak solusi-solusi yang ditawarkan.
Gimana gak gagal kalo setiap pakar datang dengan solusi dengna standar ideal menurut
faham atau ideologi mereka masing-masing sementara negeri ini gak jelas pake
standar yang mana.
Negeri ini yang jumlah penduduknya mayoritas muslim,
ternyata juga tidak mengakui bahwa dirinya sebagai negara muslim. Sehingga
ketika para cendekiawan muslim menyampaikan gagasannya untuk perbaikan negeri
ini, dimentahkan habis-habisan oleh mereka yang tidak berdieologikan islam,
atau begitu juga sebaliknya. Karena mereka melihat dengan kacamata yang berbeda
dan standar ideal yang juga berbeda, dan semua itu datang atau berasal dari
faham yang tertanam di otak mereka masing-masing. Karena berdirinya negeri ini
gak jelasa dengan faham seperti apa, ya bisa dibilang plin-plan. Jadi wajar
saja kalo aku bilang negeriku, negeri bukan-bukan. Karena dia bukan negeri A,
tapi juga bukan negeri B atau C, gak jelas banget, kayak tulisan ini kali, yang
gak jelas. Sorry sob, hanya loncatan fikiran.
Ibnurojak As-Singkawangy
Jakarta, 26-10-2013
0 komentar:
Posting Komentar