قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ
ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ
تَعْمَلُونَ
“Katakanlah, ‘sesungguhnya kematian yang
kamu lari dari padanya, ia pasti akan menemuimu, kemudian kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia
memberitakan kepadamu dengan apa-apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Al-Jumu’ah
: 8)
Barusan baca buku yang ada dalam
aplikasi Al-Maktabah Asy-Syamilah, judulnya Al-Isti’dad Lilmaut (Persiapan
Mati). Masih di halaman-halaman awal
pada bab pertama. Di sana diceritakan bawa dulu kaum mu’minin pada awal-awal
islam di makkah, mereka memakmurkan sholat, membantu orang-orang miskin dan
sebagainya. Dan kita ketahui bersama sebagaimana disebutkan didalam sirah-sirah
bahwa saat itu penyiksaan yang dilakukan oleh orang-orang kuffar terutama
pembesar-pembesar mereka terhadap kaum muslimin sangatlah kuat.
Ada hal yang menarik menurut saya
pada bagian setelah ini, bahwa saat itu kamu muslimin berusaha untuk bersabar
dan tidak membalas kezhaliman yang dilakukan orang-orang kuffar saat itu. Namun
ada beberapa diantara mereka yang di dalam hatinya sangat berharap untuk bisa
berperang melawan kezhaliman tersebut, dan sangat berharap Allah menurunkan
perintahnya untuk berperang dan mereka berazam pasti akan ikut jika seandainya
perintah itu turun. Namun ternyata saat itu Allah masih belum juga mengizinkan
kaum muslimin untuk berperang dengan berbagai sebab, satu diantaranya adalah
karena masih sedikitnya jumlah kaum muslimin saat itu.
Sampai ketika kaum muslimin
melakukan hijrah ke Yatsrib (Madinah) atas izin Allah, maka bertambahlah jumlah
kaum muslimin saat itu dengan pesat dan bertambahlah kekuatan mereka. Maka
tidak lama kemudian Allah menurunkan perintahnya untuk memerangi kaum kuffar
yang menghalang-halangi dakwah islam. Namun apa yang terjadi pada mereka yang
dulunya sangat berharap akan turunnya perintah jihad terhadap kaum kuffar dan
berazam akan turun jika perintah itu turun? Mereka gelisah dan ketakutan
menguasai mereka untuk tidak ikut berperang. Mereka berkata “Yaa Rabbanaa limaa
katabta ‘alaina al-qitaala al-aan ? law akhhorta fardhohu ilaa waqtin akhor”
(Ya Tuhan kami, kenapa Engkau tetapkan kewajiban perang atas kami sekarang ?
kenapa tidak dilain waktu saja kewajiban itu ?)
Aku lantas teringat akan tafsir
surah Ash-Shof ayat 2 dan 3 yang pernah ku buat di blogku (http://www.ibnurrojak.blogspot.com/2013/10/tafsir-surah-ash-shof-ayat-1-3.html/m=1)
tentang orang-orang yang berkata saya akan melakukan ini dan itu tapi ternyata
ketika tiba waktunya mereka tidak mengerjakannya. Fikiranku kemudian melintas,
mungkin dulu ada yang pernah berfikir entah saya atau siapa saja seperti ini,
“ah, kelak jika aku sudah mapan maka aku akan berdakwah dengan sungguh-sungguh”
atau “kelak jika aku udah dapat kerja,jika aku udah selesai kuliah, jika aku
udah nikah, dan seterusnya”. Setidaknya itu semua adalah janji yang pernah kita
ucapkan kepada Allah dengan sebuah prasyarat yang kita buat sendiri. Nah,
pertanyaannya ketika prasyarat yang kita tentukan itu sudah terpenuhi, sudahkan
kita tunaikan janji-janji kita itu ???
مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ وَلَنَجْزِيَنَّ
الَّذِينَ صَبَرُوا أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Apa yang ada di
sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah kekal. Dan kami pasti
memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS. An-Nahl : 96)
Wallahu a'lam bishowab
#AYTKTM
Jakarta, 20.50 WIB 1/11/2013
Ibnurrojak as-singkawangy
0 komentar:
Posting Komentar