"Wa'alaikumussalaam.."
terdengar jawaban dari dalam rumah. Tak lama kemudian terdengar suara kunci
pintu dibuka dari dalam, dan terlihatlah sesosok wanita tua dengan yang
kira-kira berumur 60an. " Baru pulang Ra? Tumben malam gini?" Tanya
ibunya. Zahra tidak langsung menjawab, ia mengambil tangan ibnunya,
menyalaminya dan menciumnya dengan penuh khidmat. "Tadi habis ngajar di
Bimbel Ara mampir dulu kerumah salah satu murid Ara di sekolah mi. Udah janji
sama orang tuanya. Itu lho mi, yang kemarin Ara ceritain siswi yang kesurupan
di sekolah hari beberapa hari yang lalu." jawab ara. Ibunya mengangguk
mengiyakan. "Ya sudah, motor mu masukin ke dalam dulu, trus mandi. Habis
itu baru kamu makan, umi temenin. Umi ada masakin oreg tempe kesukaanmu. Ayo
ndo', sana cepet umi siapin air hangatnya." pinta bu Zainab pada anaknya.
"iya mi" jawab ara singkat dan segera ia kekamarnya, meletakkan tas
yang berisi buku-buku akuntansi bahan ajarnya, kemudian ia keluar dan menuju
garasi untuk memasukan motornya.
"Subhanallah…
masakan umi emang ga' ada duanya." ujarnya sambil menambahkan oreg tempe
ke piringnya. Ibunya tersenyum. "Gimana kondisi muridmu dan komentar orang
tuanya yang kamu kunjungi itu ndo'?" tanya ibunya ketika ia selesai makan
dan sambil sama-sama membereskan meja makan dan perkakasnya bersama-sama.
Zahra pun mulai
bercerita kepada ibunya tentang permasalahan yang terjadi dengan muridnya itu.
Salah seorang siswinya yang cerdas dan aktif dikelasnya.Yang mendadak berubah sikap dan perilakunya yang semula sedikit tomboy, dan ceria menjadi sosok yang lebih feminis namun sangat pendiam sering melamun dan kerap kali tatapan mata anak itu terlihat kosong. Perubahan itu terjadi setelah pingsan dan kesurupan di sekolah kemudian diobati oleh orang yang mengaku sebagai para normal yang di datangkan orang tua siswi itu. Zahra melihat adanya sebuah kejanggalan dari perubahan drastis siswinya itu. Bu Zainab menyimak dengan baik cerita anak bungsunya itu. Dalam hatinya ia mengakui bahwa anaknya yang satu ini memang lebih dewasa dan cerdas dibanding yang lainnya.Ia berusaha menjadi pendengar yang baik bagi anaknya setiap kali Zahra bercerita tentang aktifitasnya dan masalah-masalahnya diluar. Sekali-sekali ia memberikan solusi jika memang ia mampu memberikannya, ataupun semangat kepada anaknya ketika ia tidak terlalu faham dengan dunia dan masalah yang diceritakan anaknya. Namun bagi Zahra, semua itu sudah lebih dari cukup. Setidaknya, ia mendapatkan teman kedua untuk mencurahkan permasalahannya selain kepada Rabbnya. Dan dengan itu pula ia bisa merasakan kekuatan cinta ibunya pada dirinya.
Salah seorang siswinya yang cerdas dan aktif dikelasnya.Yang mendadak berubah sikap dan perilakunya yang semula sedikit tomboy, dan ceria menjadi sosok yang lebih feminis namun sangat pendiam sering melamun dan kerap kali tatapan mata anak itu terlihat kosong. Perubahan itu terjadi setelah pingsan dan kesurupan di sekolah kemudian diobati oleh orang yang mengaku sebagai para normal yang di datangkan orang tua siswi itu. Zahra melihat adanya sebuah kejanggalan dari perubahan drastis siswinya itu. Bu Zainab menyimak dengan baik cerita anak bungsunya itu. Dalam hatinya ia mengakui bahwa anaknya yang satu ini memang lebih dewasa dan cerdas dibanding yang lainnya.Ia berusaha menjadi pendengar yang baik bagi anaknya setiap kali Zahra bercerita tentang aktifitasnya dan masalah-masalahnya diluar. Sekali-sekali ia memberikan solusi jika memang ia mampu memberikannya, ataupun semangat kepada anaknya ketika ia tidak terlalu faham dengan dunia dan masalah yang diceritakan anaknya. Namun bagi Zahra, semua itu sudah lebih dari cukup. Setidaknya, ia mendapatkan teman kedua untuk mencurahkan permasalahannya selain kepada Rabbnya. Dan dengan itu pula ia bisa merasakan kekuatan cinta ibunya pada dirinya.
“Abi mana mi
?”Tanya Zahra pada ibunya. “Ada di Kamar,udah tidur habis minum herbalnya
tadi.Tadinya pengen nungguin kamu, tapi umi bilang ga’ usah biar umi aja.”
Jawab uminya. “kamu mau istirahat atau masih ada yang mau dikerjain
lagi?”Ibunya balik bertanya. “masih ada yang mau dikerjain mi, kalo umi ngantuk
umi tidur aja duluan.” Jawabnya sambil memegang tangan ibunya lembut. “ya
sudah, kamu jangan terlalu malam ya tidurnya. Herbal mu juga jangan lupa
diminum, ibu khawatir penyakitmu kambuh lagi. Ibu tinggal tidur dulu ya.”
Pesannya pada Zahra seraya mengelus kepala anaknya penuh kasih, kemudian pergi
ke kamarnya. Zahra pun menjawabnya dengan anggukan.
********
Dikamarnya,
Zahra terlihat khusyuk membaca ayat demi ayat al-Qur’an. Ia selalu menggunakan
malam harinya untuk menuntaskan target 1 Juz bacaan harian qur’annya sebelum
melanjutkan pekerjaanya. Ia begitu menikmati bacaannya, dengan suara yang cukup
merdu namun ia tidak terlalu mengeraskan bacaannya. Ia membaca dengan perlahan
dan tartil, ayat demi ayat sambil sesekali ia membaca terjemahannya. Setengah
jam lebih ia gunakan waktunya untuk menuntaskan target bacaan qur’annya.
Dilihatnya jam weker di atas mejanya yang menunjukkan pukul 21.48WIB. Ingin
sebenarnya ia segera mengistirahatkan dirinya untuk melepaskan rasa panat yang
menjalar ditubuhnya. Aktifitasnya yang sangat padat membuatnya sering kali
jatuh sakit. Namun itulah tuntutannya sebagai seorang anak dan juga sebagai
seorang Da’iyah. Satu sisi ia harus tetap bekerja untuk membantu keuangan
keluarganya, disisilain juga ia merasa bertanggung jawab untuk aktif berdakwah.
Hal inilah yang membuatnya mencoba melawan rasa lelahnya malam itu. Dikeluarkannya
setumpuk kertas milik siswanya, dan dikoreksinya jawaban-jawaban yang ada
disana dengan teliti. Sesekali ia tersenyum jika mendapatkan jawaban muridnya
yang benar, namun terkadang raut wajahnya berubah sedih jika ternyata masih ada
yang menjawab soal latihan dengan salah bahkan untuk soal yang sederhana
sekalipun. Usai mengoreksi ia pun kemudian membuka buku-buku ajarnya untuk
menyiapkan materi ajar esok.
Usai menuntaskan
pekerjaan kantornya, ia duduk merenung. Ia coba membuka kembali file-file yang
ada dibrankas kepalanya seputar hal-hal yang ia temukan ditempat kerjanya. Hal
ini sering ia lakukan semenjak ia masih kuliah dulu dan aktif di beberapa
organisasi dan khususnya di lembaga dakwah yang ada dikampusnya. Ia berusaha
menganalisa permasalahan-permasalahan itu dengan harapan ia mendapatkan
solusinya dan juga hal baru yang menjadi pelajaran baginya.
Zahra bukanlah
sosok guru biasa, seperti halnya guru-guru kebanyakan. Nalurinya sebagai
seorang “Da’iyah” membuatnya senantiasa peka dengan permasalahan-permasalahan
yang muncul disekitarnya. Dan naluri itu pula yang senantiasa membuat dirinya
tergerak untuk mengambil peran dalam menyelesaikan permasahan-permasalahan itu.
Setidaknya itulah yang ia dapatkan dari Ta’lim-ta’limnya selama ini ia ikuti
diluar sana yang kemudian menjadi idialisme yang tertanam kuat dalam dirinya,
“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar,dan beriman kepada Allah.” (QS.Ali Imran
: 110). Atas izin Allah Jalla wa ‘Ala melalui tangannya beberapa orang guru
telah bersedia untuk aktif di majelis ta’lim yang ia lakukan itu dengan dakwah
fardhiyah.
Setelah beberapa
bulan yang lalu ia dihadapkan dengan perilaku siswa yang ada disekolahnya yang
banyak bermasalah, yang membuatnya kemudian berusaha membentuk ROHIS di sekolah
itu. Usulannya itu telah didukung pula oleh beberapa orang guru senior di
sekolah islam swasta itu. Qadarullah, Kepala yayasan dan kepala sekolah tidak menerima
usulannya itu, dan mengatakan bahwa akan ada mata pelajaran adab sebagai
tambahan yang gurunya akan didatangkan dari salah satu ponpes yang ada dikota
itu. Kini sekolah itu kembali dihadapi permasalahan banyak siswa yang sering
kesurupan. Bukan masalah kesurupannya itu saja yang mengganggu fikirannya, tapi
ada masalah lain dibelakangnya. Sebagai guru baru Ia cukup heran, di sekolah
yayasan islam ini kenapa masih juga mengatasi orang-orang yang kesurupan dengan
cara-cara yang tidak syar’I padahal itu adalah syirik dan Allah membenci
orang-orang yang melakukan dosa syirik karena ia termasuk dosa-dosa besar. Ia
mencoba tetap berhusnuzhon,mungkin saja hal itu belum sampai pada mereka
fikirnya.
“Sesungguhnya orang yang berbuat syirik kepada
Allah maka pasti Allah haramkan baginya surga, dan tempatnya ialah neraka,
tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu para penolong.” [al-Mâidah/5: 72]
Pernah suatu
ketika, di sekolah itu ada anak yang kesurupan disaat jam pelajaran. Kemudian
oleh guru yang mengajar di kelas itu anak tersebut dibawa keluar. Dan kemudian,
ada seorang guru yang ingin mencoba menangani anak tersebut. Namun sayang,
seribu sayang yang dia lakukan tidaklah sesuai dengan kaidah syar’i dalam
meruqyah. Guru tersebut membacakan sesuatu, entah apa yang dibacanya saat itu.
Sambil komat-kamit tangan kanannya memegang gelas yang berisi air. Kemudian
setelah itu, guru itu meminum air terebut namun tidak ditelannya melainkan
disemburkan kepada anak yang kesurupan jin itu. Yang lucunya, ternyata guru lain
yang ikut memegang anak terebut agar tidak memberontak, ikut tersebur juga.
Zahra tersenyum dan menahan tawanya. Bukan karena setuju dengan apa yang
dilakukan oleh guru tersebut. Namun ia tersenyum dan tertawa dalam hatinya
melihat kebodohan yang dilakukan itu. Dalam hatinnya, ia membenci perbuatan
tersebut. Hatinya mendidih melihat niat baik yang menjadi rusak karena
bercampur dengan cara yang bathil. Ingin rasanya dia berteriak untuk
menghentikan itu, namun ia sadar dengan posisinya yang belum kuat sebagai guru
honorer. Ia sadar,bahwa ia tidak boleh gegabah dalam hal ini. Ia teringat
dengan fiqh dakwah yang pernah dibacanya bahwa untuk mengubah kemungkaran
haruslah dengan cara yang baik, dan strategi yang tepat pula.
“Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik.”
(QS.An-Nahl:125)
Kemudian ia
teringat dengan kondisi siswinya yang rumahnya ia kunjungi tadi. Hal ini juga
membuatnya resah karena saat ia berkunjung ke rumah anak itu kondisi rumah
tersebut sedang ramai-ramainya ternyata saat itu keluarga anak tersebut sedang
berkumpul untuk melihat kondisi anak tersebut. Bukan itu masalahnya, yang
meresahkannya adalah ternyata pihak keluarga anak tersebut memanggil seorang
laki-laki yang mengaku-ngaku dirinya sebagai seorang paranormal atau dukun yang
bisa mengobati orang kesurupan. Na’udzubillah..
Zahra
beristighfar karena rishi dan muak melihat laki-laki yang mengaku sebagai
paranormal itu. Ia faham benar bahwasanya Rasulullah telah mengingatkan umatnya
akan kufurnya perbuatan seperti itu dalam haditsnya yang diriwayatkan dari Auf
dari Ibnu Sirin dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu,Rasulullah bersabda, “
Barang siapa mendatangi tukang ramal atau dukun dan kemudian mempercayai apa
yang dikatakannya, maka sesungguhnya ia telah kufur terhadap apa yang
diturunkan kepada Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa sallam.” Dengan sanad shahih
Riwayat Abu Daud, Hadits nomor 3904. (al-Kaba’ir:288)
Zahra saat itu
tidak mampu berbuat banyak melihat kemungkaran didepan matanya. Ia merasa belum
cukup mampu untuk mencegah dan melarang perbuatan bodoh itu saat itu. Maka saat
itu, cukuplah hatinya membenci perbuatan syirik yang ada dihadapannya sambil
memikirkan cara dan mencari waktu yang tepat untuk meluruskannya. Ia tidak
ingin niat baiknya untuk mengubah itu kemudian menjadi fitnah baginya dan
dakwah itu sendiri.Ia tidak menginginkan tujuannya mengubah kemungkaran itu
justru menimbulkan kemungkaran yang lainnya saat itu. Dengan berat hati ia pun
mengurungkan niatnya, dan mencoba bersabar.
********
Konsentrasinya
terpecah bersamaan dengan berderingnya hp dengan yang menunjukkan nada sms
masuk. Dilihatnya nama pengirim yang tertera, Najla. Seorang sahabat, teman
pengajiannya mengirimnya sms tausiyah. Ternyata sahabatnya itu mengirimkan
tausiyah yang mengutip firman Allah dalam surah At-Taubah : 115.
“Dan Allah tidak
sekali-kali menyesatkan suatu kaum, sesudah Allah memberi petunjuk kepada
mereka hingga dijelaskan-Nya kepada mereka apa yang harus mereka jauhi.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Zahra tersenyum,
membacanya. Kemudian membalas sms sahabatnya yang memang sering mengirim sms
tausiyah kepadanya itu. “Jazakillah ya ukhti..”.
Setelah membaca
pesan singkat itu, ia pun teringat kembali pesan ustadzahnya bahwa tugas para
da’i adalah memberikan penjelasan dan petunjuk, memerintahkan kebaikan dan
membimbing umat ini dengan kasih sayang menuju agama yang lurus ini. Ia pun
teringat sabda Rasulullah yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, “Sesungguhnya
kalian tidak akan menjangkau umat manusia dengan harta dan kekayaan kalian,
tetapi kalian akan menjangkau mereka dengan wajah yang cerah dan akhlak yang
mulia.”
Zahra pun
mendapatkan inspirasi. Segera diambilnya secarik kertas dan pulpen. Dia membuat
coretan-coretan mind map. Mencoba menguraikan masalah yang dihadapinya, mencari
langkah-langkah yang harus ia tempuh dan apa yang harus ia siapkan. Wajahnya
cerah kembali. Selesai membuat coretan, ia menghidupkan laptopnya dan
mengkonekkannya dengan internet. Ia mencoba mencari dalil-dalil syar’i tentang
masalahnya. Selesai didapatkannya, dilihatnya kembali coretannya itu, kemudian
dicatatnya rencana-rencananya itu di buku agendanya.Ditutupnya buku agendanya,
dan kemudian menuju ke pembaringannya. Ia berdo’a dan berkata menguatkan
dirinya sendiri, “Bersabarlah Ya Zahra, kelak ini yang akan menjadi pemberat
timbanganmu. Innallaha ma’a ashoobiriin.”
*****
SELESAI *****
0 komentar:
Posting Komentar